Karya Ren Zhe Bangkitkan Nostalgia Cerita Silat Pendekar Rajawali
Selasa, 14 Oktober 2025

Banten, Beritasatu.com – Lebih dari 50 patung mahakarya seniman ternama asal China, Ren Zhe, tengah dipamerkan di Townhall, Indonesia Design District (IDD), PIK 2, hingga 19 Oktober 2025.
Pameran bertajuk A Path to Glory ini menjadi etalase seni paling lengkap dari karya Ren Zhe, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Pameran ini makin istimewa karena sang pematung, yang masuk dalam jajaran lima besar seniman top dan paling dihormati di China, menghadirkan karya-karya yang terinspirasi dari tokoh dalam novel legendaris Jin Yong.
Acara ini juga menjadi bagian dari peringatan 100 tahun kelahiran Jin Yong, maestro sastra wuxia asal Hong Kong yang karyanya menembus lintas generasi.
Bagi para penggemar kisah trilogi Pendekar Rajawali – The Legend of the Condor Heroes, The Return of the Condor Heroes, dan The Heaven Sword and Dragon Saber – pameran ini membangkitkan kenangan masa lalu. Setiap patung buatan Ren Zhe mampu menghadirkan kembali karakter-karakter ikonik dengan keindahan estetika dan kekuatan emosi yang mendalam.
Ren Zhe menonjolkan karakter para pendekar dalam patung perunggu dan stainless steel yang detail dan dinamis. Guratan otot, ekspresi wajah, hingga pose para tokoh digambarkan begitu hidup, membangkitkan nostalgia masa kecil saat membaca komik silat atau menonton serial legendarisnya.
Melalui Jin Yong Foundation, Ren Zhe dipilih sebagai satu-satunya seniman yang berhak menciptakan representasi karakter-karakter karya sang maestro dalam bentuk patung. Hal ini menjadi bukti kepercayaan bahwa hanya Ren Zhe yang mampu menghidupkan kembali jiwa dan semangat tokoh-tokoh tersebut dalam medium seni rupa.
Tokoh-tokoh ciptaan Jin Yong yang dikenal berjuang antara ambisi pribadi, kehormatan keluarga, dan nilai kebajikan universal divisualisasikan dengan penuh makna oleh Ren Zhe. Figur-figur heroik itu tak hanya menampilkan kekuatan fisik, tetapi juga sisi kemanusiaan yang dalam.
Pengunjung dibuat terpana oleh patung Guo Jing (Kwee Ceng) setinggi 3 meter yang digambarkan menggenggam busur, berdampingan dengan patung Huang Rong (Oey Yong) menunggang kuda. Tak kalah menarik, pasangan Yang Guo (Yo Ko) dan Xiaolongnu (Siauw Liong Lie) menampilkan keintiman khas mereka, sementara sosok Bibi Lung tampil anggun dengan postur ramping dan cadar ikoniknya.
“Pameran ini adalah jalan spiritual. Ren Zhe tidak menyalin tokoh Jin Yong secara literal, melainkan menghidupkan spirit mereka dalam bentuk kontemporer. Ia memberi kita ruang untuk merenungkan arti sejati dari kejayaan,” jelas Linda Ma, pemilik Linda’s Gallery, kepada Beritasatu.com di sela-sela pameran.
Melalui pameran ini, pengunjung diajak menelusuri nilai-nilai heroisme, moral, dan kebijaksanaan yang melekat dalam semesta karya Jin Yong. “Kami sudah memamerkan karya Ren Zhe di Singapura, tetapi tidak selengkap saat ini. Para kolektor dan penikmat seni wajib datang ke sini karena ini kesempatan yang sangat langka,” tambah Linda.
Sebagai satu-satunya galeri yang mendapat kepercayaan memamerkan karya Ren Zhe, Linda’s Gallery --yang beroperasi di Jakarta, Singapura, dan Beijing-- merasa bangga bisa menghadirkan pameran monumental ini.
“Pengunjung bisa merasakan energi positif dari karya sang seniman sekaligus bernostalgia dengan dunia legendaris Jin Yong. Tema A Path to Glory bukan sekadar slogan, melainkan refleksi mendalam bagaimana seni patung dapat beresonansi dengan sastra,” ujar Linda.
Jin Yong atau Louis Cha (1924–2018) adalah penulis novel wuxia paling berpengaruh dalam sejarah sastra modern China. Ia menulis 15 novel silat yang terjual ratusan juta kopi dan diterjemahkan ke lebih dari 15 bahasa. Karyanya telah diadaptasi menjadi lebih dari 130 film dan serial televisi sejak The Legend of the Condor Heroes (1958).